Saya
adalah salah seorang murid Anis Jatisunda,
mulai tahun 1995 mencoba membuat Kujang sebagai penjabaran dari Pantun
Bogor.
Kujang
yang saya buat seperti kujang-kujang yang saya ketemukan di muara sungai
Sukawayana Palabuhanratu akhir tahun 1993,
dan yang saya lihat pada tahun 1994 di Meseum2 Karaton Kasepuhan
Cirebon, Geusan Ulun Sumedang, Sri Baduga Bandung. Ditambah lagi yang ma sih dimiliki oleh
orang-orang tua + dukun yang ada di Sukabumi, Bogor, Cianjur dan Banten Kidul.
Kujang-kujang itu
amat sederhana, tanpa pamor, terbuat
dari besi/baja kuno tentunya.
Nama lengkap : Wahyu Affandi Suradinata
Nama akrab : Wahyu/ Wahyu Affandi/ Wahyu KujangAsli Bogor kelahiran Bandung 3 Agustus 1953t
Agama : Islam
Idealisme : Kesundaan
Alamat : Jl. Parungbanteng Rt.04/1 No. 120 Bogor
Telp : 087870741953
Menyukai Kujang sejak menemukannya tertancap di atas batu tepi sungai pesisir Sukawayana pada Desember 1993.
Mulai mencoba mengoleksi dan membuatnya sejak 1995 setelah mencari
dan mendatangi para pemilik dan penyimpan Kujang kuno di daerah
Sukabumi, Banten, Bogor, serta museum-museum Sribaduga, Siliwangi, Gesan
Ulun, Karaton Kasepuhan juga mencari informasi dari Kang Anis Jatisunda
yang masih menyimpan dan menguasai Pantun Bogor sebagai acuan sejarah
Sunda Pajajaran.
Membuat berbagai macam bentuk dan jenis Kujang sesuai dengan yang
pernah ditemukan dan yang tertulis dalam naskah Kang Anis, tentang
Kujang.
Dua macam proses pembuatan :
- Kujang bahan besi sejenis dengan pamor yang dilukis secara teknik proses kimia.
- Kujang bahan besi campur dengan pamor yang muncul secara alamai dari perbedaan besi dan baja.
Satu-satunya pengrajin Kujang yang mengerti dan sesuai dengan sumber sejarah Sunda Pajajaran.
Nopember, 2009.
Didalam
Pantun Bogor, LANDEAN(gagang) kujang berbentuk
CEKER KIDANG dan terbuat dari kayu gaharu tanduk. Begitu pula SARANGKA atau KOWAK , terbuat
dari bahan kayu yang sama. Untuk KUJANG
PUSAKA, matanya ditutup logam mulia seperti EMAS atau PERAK.
WAKTU
MEMBUAT KUJANG
Untuk
pembuatan kujang khusus ageman, saya
masih memakai aturan kuno yang tidak tertulis (tetekon) “Unggah
Kidang turun Kujang , nyuhun Kerti
turun Beusi “ , biasanya 7-10 hari setelah purnama.
Selain
menempanya hanya tiap Senin dan
Kamis, juga disertai dengan “mutih”. Untuk kujang lain, kapan saja dan hampir
setiap hari dibuat.
BAHAN
DASAR :
1. PELAT
BESI digunting dihias pamor dilukis
dengan teknik etcha.
2. BAJA
ditempa dihias pamor dilukis dengan teknik etcha.
3. BAJA
ditempa dihias pamor BESI dengan teknik cor.
4. BAJA+BESI
ditempa dipadukan pada proses penempaan.
5. KUNINGAN dicor dihias
pamor dilukis dengan teknik etcha.
Wahyu Affandi Suradinata